HIDUP ADALAH PERJUANGAN,BAGAI PEJUANG 45 MEREBUT KEMERDEKAAN.MAKA GUNAKANLAH HIDUP INI UNTUK KEBAIKAN TUK AMALAN DI MASA YANG AKAN DATANG.by: temonyusuf

Senin, 30 November 2009

Sahabat

Hai...sahabat....

“Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah”

“Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama”

“Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya”

“Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian”

“Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya”

“Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah”

“Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya”

“Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis”

“Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya”

“Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinnya”

“Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri”

“Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan,
kita mengenal teman-teman kita. Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda??.
Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai??”

“Siapa yang ingin bersama anda pada saat tiada satupun yang dapat anda berikan??. Merekalah sahabat-sahabat anda”


“Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka. Karena seorang sahabat bisa lebih dekat dari pada saudara sendiri”

Senin, 12 Oktober 2009

Hancurnya Dunia Semakin Dekat

Artikel berikut adalah tulisan berseri dengan judul "Prediksi Kiamat 21-12-2012, Benarkah?". Artikel tersebut kami bagi menjadi dua seri. Harap sabar menanti. Semoga bermanfaat.

Keimanan terhadap hari kiamat adalah di antara pokok ajaran Islam bahkan termasuk dari rukun Iman. Keimanan seseorang barulah sempurna jika dia meyakini adanya hari kiamat.

Kiamat Pasti Terjadi

Allah Ta’ala berfirman,

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (QS. Al Baqarah: 177)

Al Qur’an juga telah menjelaskan bahwa hari kiamat benar-benar akan terjadi. Allah Ta’ala berfirman,

يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Rabbmu.” (QS. Ar Ra’du: 2)

Kadang pula kepastian datangnya kiamat menggunakan ayat-ayat semacam,

إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ

Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang.” (QS. Thahaa: 15)

وَإِنَّ السَّاعَةَ لآتِيَةٌ فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ

Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (QS. Al Hijr: 85)

فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al ‘Ankabut: 5)

إِنَّ السَّاعَةَ لآتِيَةٌ لا رَيْبَ فِيهَا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman.” (QS. Ghafir: 59)

Hancurnya Dunia Semakin Dekat

Allah Ta’ala telah menyebutkan dalam Al Qur’an Al Karim bahwa kiamat sudahlah dekat dan di antara tanda kiamat pun sudah muncul. Di antaranya adalah terbelahnya bulan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ

Telah dekat (datangnya) kiamat dan telah terbelah bulan.” (QS. Al Qamar: 1)

Terdapat hadits yang juga menyebutkan hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam shohih Bukhari.

Dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata,

انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فِرْقَتَيْنِ ، فِرْقَةً فَوْقَ الْجَبَلِ وَفِرْقَةً دُونَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « اشْهَدُوا »

“Bulan terbelah menjadi dua bagian pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Satu belahan terdapat di atas gunung dan belahan lainnya berada di bawah gunung. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Saksikanlah’.” [1]

Berita ini juga dikeluarkan oleh At Tirmidzi dari sahabat Anas, beliau berkata,

سَأَلَ أَهْلُ مَكَّةَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- آيَةً فَانْشَقَّ الْقَمَرُ بِمَكَّةَ مَرَّتَيْنِ فَنَزَلَتِ (اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ) إِلَى قَوْلِهِ (سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ)

“Penduduk Makkah meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu bukti. Akhirnya bulan terbelah di Makkah menjadi dua bagian, lalu turunlah ayat : ‘Telah dekat datangnya hari kiamat dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mu'jizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus".[2][3]

Hadits terbelahnya bulan telah diriwayatkan oleh sekelompok sahabat di antaranya: Abdullah bin ‘Umar, Hudzaifah, Jubair bin Muth’im, Ibnu ‘Abbas, Anas bin Malik, dan juga diriwayatkan oleh seluruh ahli tafsir. Namun, sebagian orang merasa ragu tentang hal ini dan menyatakan bahwa terbelahnya bulan itu terjadi pada hari kiamat nanti sebagaimana hal ini diriwayatkan oleh ‘Utsman bin ‘Atho’ dari ayahnya, dll. Namun, perkataan semacam ini adalah perkataan yang syadz (yang menyelisihi pendapat yang lebih kuat) dan pendapat ini tidak bisa menggantikan kesepakatan yang telah ada. Alasannya adalah kata ‘terbelah’ (pada ayat di atas) adalah kata kerja bentuk lampau (dan berarti sudah terjadi). Sedangkan menyatakan bahwa kata kerja lampau ini berarti akan datang membutuhkan dalil, namun hal ini tidak diperoleh. –Inilah perkataan Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir-.[4]

Begitu pula diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah di antara tanda semakin dekatnya kiamat. Karena dalam sebuah hadits beliau sendiri mengatakan bahwa jarak antara pengutusan beliau dan datangnya kiamat adalah bagaikan dua jari yaitu jari tengah dan telunjuk.[5]

Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah di antara tanda-tanda kiamat. Tatkala Jibril ‘alaihis salam melewati penduduk langit untuk diutus kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, penduduk langit pun mengatakan, “Allahu Akbar, sebentar lagi akan kiamat.”.”[6]

Begitu pula ada tanda-tanda yang akan terus menerus muncul dan bukan hanya sekali. Semacam ada orang-orang yang mengaku sebagai Nabi. Sebagaimana hal ini sudah muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Musailamah Al Kadz-dzab yang mengaku sebagai Nabi. Begitu pula ajaran Ahmadiyah dari India, ajaran seorang wanita yang bernama Lia Aminudin yang mengaku sebagai penyampai wahyu yang diberikan kepada anaknya yang diangkat sebagai Nabi dan akhir-akhir ini muncul pula aliran yang bernama Al Qiyadah Al Islamiyah yang juga mempunyai rasul yang baru muncul tahun 2000.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلاَثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ

Kiamat tidak akan terjadi sampai muncul dajjal-dajjal pendusta yang berjumlah sekitar 30 orang. Semuanya mengklaim bahwa dirinya adalah Rasulullah.[7]

Begitu pula banyaknya wanita yang berpakaian namun hakekatnya telanjang karena pakaiannya yang tipis dan ketat, itu juga merupakan tanda semakin dekatnya kiamat. Inilah tanda dekatnya kiamat yang banyak muncul di zaman kita ini.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”[8]

Begitu pula halnya dengan merebaknya perzinaan dan pornografi yang nampak saat ini, itu juga merupakan tanda semakin dekat hancurnya dunia. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ ، وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا ، وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ ، حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ

Di antara tanda-tanda hari kiamat adalah: sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan, merebaknya perzinaan, wanita akan semakin banyak dan pria akan semakin sedikit, sampai-sampai salah seorang pria bisa mengurus (menikahi) 50 wanita (karena kejahilan orang itu terhadap ilmu agama).”[9]

Mungkin ada yang menanyakan, “Bagaimana bisa dikatakan bahwa kiamat itu dekat sedangkan sudah seribu tahun lebih sejak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, kiamat pun belum terjadi?” Ingatlah bahwa dikatakan dekat berdasarkan ilmu dan ketentuan Allah, walaupun manusia menganggapnya amatlah jauh.

إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا, وَنَرَاهُ قَرِيبًا

Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil). Sedangkan kami memandangnya dekat (pasti terjadi).” (QS. Al Ma’arij: 6-7)

Kiamat bisa dikatakan dekat karena dilihat dari lamanya kehidupan sebelum umat Muhammad itu ada. Kita ambil contoh, misalnya kita anggap umur dunia ini ada adalah 50 tahun lamanya. Dan dari lima puluh tahun tersebut, dunia ini sudah berjalan selama 45 tahun. Berarti tersisa lima tahun. Lima tahun ini jika kita bandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya (yang 45 tahun tadi) adalah waktu yang amat sedikit.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjelaskan demikian. Beliau bersabda,

إِنَّمَا أَجَلُكُمْ فِى أَجَلِ مَنْ خَلاَ مِنَ الأُمَمِ مَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلَى مَغْرِبِ الشَّمْسِ

Sesungguhnya ajal kalian –umat Islam- (dengan datangnya hari kiamat, pen) jika dibandingkan dengan waktu yang ditempuh oleh umat-umat sebelum kalian adalah bagaikan jarak antara shalat ‘Ashar dan waktu maghrib -saat tenggelamnya matahari-.[10]

Umat Islam dalam hadits ini dimisalkan muncul pada waktu ‘Ashar. Sedangkan masa umat-umat sebelum Islam –mulai dari Nabi Adam, nabi pertama- hingga diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah rentan waktu antara waktu Shubuh dan ‘Ashar. Adapun rentan waktu umat Muhammad ada hingga datangnya hari kiamat adalah rentan waktu antara ‘Ashar dan Maghrib. Jadi, jika rentan waktu munculnya awal kehidupan di dunia ini hingga datangnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dibandingan dengan masa hidup umat Islam hingga hari kiamat, itu adalah perbandingan yang amat jauh. Sehingga masa umat Islam itu ada hingga hari kiamat datang amatlah dekat.

Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jarak waktu umat ini dengan hari kiamat dengan sabda beliau,

بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ

Jarak antara aku diutus dengan datangnya hari kiamat adalah bagaikan dua jari ini.” Beliau pun berisyarat dengan jari tengah dan jari telunjuknya.[11] Gambarannya, jari tengah itu adalah umur kehidupan di dunia ini hingga hari kiamat. Sedangkan jari telunjuk adalah lamanya waktu mulai dunia ini ada hingga pengutusan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun jarak pengutusan Nabi kita dengan hari kiamat adalah selisih antara jari tengah dan jari telunjuk. Bandingkanlah umur dunia ini hingga Nabi kita diutus dengan masa setelah Nabi diutus hingga hari kiamat! Jika kita bandingkan, waktu terjadinya kiamat itu sangatlah dekat dengan umat Muhammad.

Manusia mungkin merasakan kiamat itu masih sangat lama. Namun itulah pemikiran dan pandangan manusia yang dangkal. Rabb kita dan Rasul-Nya menganggap bahwa kiamat itu begitu dekat.

أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلا تَسْتَعْجِلُوهُ

Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya.” (QS. An Nahl: 1)

وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلا كَلَمْحِ الْبَصَرِ

Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat

Selasa, 29 September 2009

Sepenggal Hidup

C.I.N.T.A. Lima huruf yang membuatku bodoh. Sebetulnya aku membenci keadaan ini. Sudah lama aku tidak jatuh cinta. Dan tiba-tiba makhluk ajaib itu tiba dan menyergapku dari belakang, memitingku, dan dengan hebatnya membantingku dengan kasar, maka jatuhlah aku ke pelaminan.

Aku seorang bebas, tapi kini aku terjerat tali pernikahan. Bayangkan. Seorang yang berjiwa bebas terjerat tali pernikahan! Pernikahan tanpa janur kuning melengkung, tanpa kelapa gading menggelantung, tanpa setandan pisang raja, melati dironce-ronce, apalagi gending Kodok Ngorek, tidak ada sama sekali. Semua berlangsung tawar, tidak semerbak, abu-abu, persis mendung menggantung.

“Ini pernikahan resmi kan Bu?” tanyaku kepada ibu mertuaku, setelah semua tamu yang sempat hadir pada acara itu pulang.

“Resmi!” alis matanya agak menaik, “ada saksi dan petugas KUA. Sah menurut hukum dan agama. Memangnya kenapa?”

“Ya alhamdulillah, merasa bahagia saja,” jawabku. Aku memang seorang muallaf sejak Agustus lalu. Jadi maklum belum begitu paham.

Kami pun kembali terdiam. Ibu mertuaku asyik memisah-misahkan jepitan rambut yang tadi dipakai istriku. Ada yang besar ada yang kecil, dipisahkan satu dengan lainnya. Lalu disimpan di kotak kecil-kecil. Dengan Sedikit merenung, aku sandarkan punggung ke tiang kayu penyangga rumah ini. Rumah tidak ada penutup atap. Gentingnya terlihat dari bawah. Lonjoran-lonjoran bambu tampak jelas.

Aku tercenung sejenak. Teringat mendiang ibuku yang meninggal November tahun lalu. Seandainya masih hidup, tentu ia bahagia sekali menyaksikan pernikahanku. Wasiat terakhir untukku hanya satu, ia ingin melihatku bahagia. Ayahku telah berpulang 3 tahun lalu. Rambutku terasa sedikit naik. Angin bukit batu yang kering.

“Aku mengalami kebahagiaan hanya pada saat berdoa saja, Bu,” gumamku dalam batin.
Pernikahan, terus terang, memang membuatku bahagia. Meski acara tersebut berlangsung sangat sederhana. Pernikahan memaksaku berhenti berkelana. Puluhan tahun aku melintasi jalanan sepi dan gelap, berteman rindu dan harapan. Kakiku melangkah tanpa kepastian. Akhirnya aku dihentikan oleh kekuatan yang tidak pernah aku pahami. Jodoh dan cinta membuatku berhenti melangkah.

Sebagai pengelana, sungguh tak pernah aku mempelajari apa itu hakikat perkawinan, rumah tangga bahagia, keluarga sakinah dan sebangsanya. Jadilah aku manusia paling bodoh. Mengalami ketergagapan budaya dalam berumah tangga. Sebuah ritual tradisional yang dijalankan turun temurun oleh seluruh umat manusia di dunia ini. Dan aku tidak mengenalinya sama sekali.

Dulu, aku merasa takut menghadapi pernikahan. Dalam bayanganku, semua keperluan rumah tangga harus dipersiapkan terlebih dahulu, seperti rumah, penghasilan tetap dan kendaraan. Sejak usia 18 tahun, sudah tiga kali aku membangun rumah, hanya untuk memahami elemen-elemen pernikahan itu. Rumah pertama, mungil tapi permanen, terpaksa aku jual karena pindah ke Bandung. Dan calon istriku pergi jadi pramugari. Terbang, selamanya.

Rumah kedua, sebetulnya aku tidak begitu berminat membangunnya untuk tujuan berumah tangga, meski pacarku cintanya tak terbatas untukku. Kubangun di pinggir jalan besar, di sebuah desa yang tenang. Aku tinggal di situ setahun lamanya, sambil menyelesaikan buku keduaku tentang meditasi. Aku jual lagi. Pacarku ke Singapura bekerja di sana.

Setelah itu, aku tidak membangun rumah lagi. Tapi membelinya. Di daerah sentra pariwisata di Pelosok Bekasi. Sebuah rumah joglo tua dan angker. Akhirnya, karena jenuh dan ada peristiwa yang mengguncang diriku, aku memutuskan berkelana lagi. Rumah itu kujual secara tergesa-gesa.

Kini, aku punya istri yang setia tapi tidak punya rumah. Dulu aku punya rumah tapi hidup sendiri tanpa istri. He..hehe, ironis kan? Sementara ini istriku tinggal bersama orang tuanya. Ia memang anak yatim yang didera penderitaan hidup berkepanjangan.

Ibu mertuaku ternyata sudah sejak tadi beranjak dari duduknya. Lamunanku tentang peristiwa pernikahan ini, membuatku tidak memahami lingkungan sekitarku. Aku pun beranjak, mencari istriku di bilik sebelah, bersekat tripleks.

Istriku cantik sekali. Tercantik di dunia. Ia tampak sedang sibuk memberesi pakaian pengantinnya, bedaknya dan segala tetek bengek perlengkapan gaun pengantin. Bau parfum Drakkar Noir dari Calvin Klein masih tertinggal, di ujung hidungku. Tadi, seusai resepsi, kucium dia di tengkuknya. Jadi aroma parfumnya ikut juga. Memang, itu parfum cowok. Tapi mau bagaimana lagi? Adanya cuma itu. Aku membelinya di drugstore sepulang dari tugas kantor dari Batam, dan kubeli di daerah jodoh Batam, dekat Supermarket Top100, Nagoya-Batam.

Aku cium lagi tengkuknya. Ia tersenyum manja. Kebahagiaan terpancar di wajahnya. “Mau ngopi lagi, Mas?” tanyanya. Aku menggeleng, kudekap dia dari belakang, kemudian kita saling menempelkan pipi dan mematut-matut di depan cermin. Sepasang pengantin baru yang menikah diam-diam. Aku lihat matanya berbinar-binar. Ia bahagia, lalu apakah aku bahagia?

Makna kebahagiaan bagiku hanyalah setetes warna yang lebih bersinar di antara warna-warna lain yang kusam. Setiap orang yang mampu meraih segala sesuatu yang diidam-idamkan, tentu merasa bahagia. Begitu pula aku. Seringkali aku merasa lelah berkelana dan ingin hidup layak seperti pada umumnya orang dengan menikah, berkeluarga, dan beranak pinak seperti yang disampaikan Allah kepada Nabi Ibrahim.
Dua minggu menjelang pernikahan, secara khusus memang aku memohon kepada kekuatan Yang Maha Dahsyat. Kekuatan paling purba, sebelum bumi dan tata surya ini tercipta. Di bawah pohon tua berumur ratusan tahun, di atas bukit kecil yang lembab, tepat tengah malam dan purnama penuh di angkasa, aku sampaikan permohonan keramatku itu, “Aku tidak butuh kekayaan, aku butuh istri dan sebuah keluarga,” begitu doaku. Kun fayakun, terjadilah segala sesuatunya secepat kilat.

Pernikahanku juga berlangsung kilat. Memang, ketemunya sudah lama, dua tahun silam di acara pernikahan seorang artis dangdut top ibu kota. Belum ada getar-getar cinta kala itu. Pertemuan kedua terjadi di Jogja, di pinggir lapangan golf Hyatt Regency, Bogeys Teras. Biasa saja, semuanya berlangsung biasa. Cuma di tengah dentuman musik classic rock yang mengalun, dia mengatakan kepadaku setengah berbisik, “Kalau mau sama aku, harus serius,”katanya.

Langsung saja aku melamarnya malam itu juga. Ia pun mencium punggung tangan kananku. Resmilah kita mengikat janji. Sepuluh hari setelah malam “bertabur bintang” itu, terjadilah pernikahanku ini. Tanpa surat undangan,wedding taart dan acara meriah.
Perjalanan pernikahanku memang terkesan begitu indah. Tak ada cacat, semua berjalan baik dan tenang. Ombaknya kecil, landai, dan bisa pasang layar sesuka hati. Langit biru tampak bersahabat di ujung cakrawala dan matahari bersinar ramah.

Kucoba nikmati pernikahanku. Sedikit unik. Biasanya jok sebelah kemudiku selalu kosong. Paling, terisi dokumen pribadi dan beberapa bungkus rokok. Kini ada wanita cantik dengan rambut tergerai, tawa yang renyah dan sangat suka memakai aksen gitu loh. “Liya gitu loh.,” katanya menegaskan bahwa Liya beda dengan Lia.

Aku jadi mudah tertawa dibuatnya. Segala kata jadi berbunga-bunga, dan kita selalu mengurung diri di kamar berdua. Bercanda, berantem kecil-kecilan, saling merajuk dan tentu saja, bercinta.

“Aku pengin punya anak 9,” kataku.

“Dua saja. Capek ngurusinnya,” jawabnya sambil menepuki perutnya yang putih itu.
Lalu kami berpelukan lagi. Seolah tidak ada cakrawala untuk luapan kegembiraan dan kebahagiaanku. Tidak ada yang membatasi. Tidak ada garis lurus yang memisahkan. Tidak seperti langit dan bumi yang dibelah di cakrawala. Segalanya serba los, bebas dan tak terbatas. Luar biasa. Aku selalu merindukan setiap menitnya.

Tawa ceria dan segala canda itu ternyata tidak berumur lama. Begitu cepat perginya. Sama cepatnya dengan proses pernikahanku. Kebahagiaan, agaknya, tidak pernah berpihak kepadaku. Segala sesuatunya berbalik 180 derajat. Sirna seketika. Berubah serba hitam. Galau, gelap, bergemuruh, menghentak-hentak, dan menyambar-nyambar. Setiap kata jadi bersayap-sayap. Salah paham muncul silih berganti. Kecemburuan, kecurigaan, dan pembicaraan-pembicaraan yang penuh teka-teki pun berebut mengganggu. Salah ucap sedikit, menjelma jadi bara api pertengkaran. Berkilat-kilat. Aku sampai tidak sempat berdoa karena pikiranku tersita sepenuhnya untuk istriku. Kelakuannya berubah-ubah, sulit dipahami, tidak bisa ku mengerti.

“Aku ingin sendiri,” katanya pelan, tapi kurasakan seperti halilintar. Menggelegar.

“Kita ini menikah, bukan pacaran. Ini Bulan Suro, harus serba hati-hati,” kataku mengingatkan.

“Hasyaahhhh..” Mukanya jadi cemberut dan bibirnya jadi tambah lancip. Rambutnya yang dikucir bergoyang-goyang. Meski marah, kuakui, dia tetap saja menggemaskan dan menawan hati.

Ia pun berargumentasi tentang pernak-pernik kegalauan perasaannya. Dari soal sepele sampai besar. “Aku tuh sukanya mobil-mobilan dan korek api, bukan bunga Sabunku juga bukan yang itu, shamponya yang ini..” Mimik mukanya agak berkerut-kerut, ketika aku bawakan setangkai red rose, yang ku tanam sendiri dan kukemas dalam plastik cantik.
Aku berusaha menyelami segala sesuatunya dengan hati-hati. Termasuk soal rumah, yang berkali-kali dilihat masih kurang cocok di hati. Kadang jengkel juga. Namun pernikahan tidak boleh terganggu dengan perasaan-perasaan yang tidak berguna seperti itu. Pernah aku berpikir kenapa harus begitu tergesa-gesa menikah, tidakkah harus aku memilih lagi?

“Aku sudah lelah dan jenuh dengan kehidupanku selama ini. Jadi aku memutuskan untuk cepat menikah,” katanya ketika itu.

Argumentasinya itu membuatku merasa menemukan wanita yang sudah matang. Masa lalu yang carut marut memang harus diakhiri ketika pernikahan terjadi. Ketika baju pengantin dikenakan dan akad nikah ditandatangani, maka masa lalu berakhirlah di situ. Pernikahan adalah sebuah lembaran baru yang serba bersih, sehingga kita bisa menuliskan apa pun di sana sesuka hati, tanpa harus dihanui lembaran-lembaran hitam masa lalu. Kisahnya harus dibuat sesuai tata nilai yang berlaku di masyarakat. Ditata seperti mengatur sebuah taman bunga. Agar segalanya serba semerbak dan mewangi. Sampai akhirnya lembaran pamungkasnya ditutup sendiri oleh Sang Khaliq. Pemilik hak atas seluruh hukum kehidupan. Ah, lumayan juga teoriku ini. “Memang aku jago untuk berteori,” ucapku.

“Hanya kematian yang bisa memisahkan sepasang pengantin,” kataku kepadanya. Ia tercenung beberapa jurus. Matanya yang indah terdiam beberapa saat. Lalu bola matanya berubah jadi abu-abu. Ia pun meledak-ledak lagi. Ada bau parfum yang berbeda dari tubuhnya, ketika ia berdiri sambil bersungut-sungut. Aku terhenyak. Berangkat kantor tadi pagi, memang ia sudah terlihat kusut. Tapi aku tidak memikirkannya terlalu dalam. Sewaktu turun Corola Biruku, ia hampir lupa mencium tanganku.

“Aku suamimu bukan?” tanyaku pelan, sambil kusodorkan tangan kananku. Ia pun menciumnya. “Nanti dijemput jam berapa?” tanyaku lagi.

“Jam empat sore. Mundur satu jam,” jawabnya, sambil bergegas turun.

Prahara itu pun dimulai. Bau parfum yang berbeda sepulang kantor, menjadi puncak dari seluruh masalah yang bertumpuk. Padahal sepulang kantor tadi kami sempat melihat sekali lagi rumah yang akan kami tempati, dan sudah kami taksir.

“Besok aku mau naik bis kota saja. Nggak usah diantar jemput lagi,” ujarnya sambil membanting tubuhnya ke kasur. Ia memunggungiku. Tampak jengkel.

Aku berharap keadaan itu hanya sementara saja. Seperti permasalahan-permasalahan kecil yang terjadi di hari-hari kemarin. Ternyata tidak. Besok-besoknya lagi, tetap sama. Terus-menerus begitu. Sehari dua hari. Seminggu dua minggu. Seluruh saluran komunikasi ditutup. Ia pun ganti nomor hand phone. Aku takut membayangkan kenyataan yang bisa membuatku bersedih.

“Ini hanya sementara,” katanya ketika aku nekat menemuinya, di siang yang terik.

‘Sementara’, itulah kata-kata yang aku jadikan pegangan. Meski berat dan dipenuhi ribuan teka-teki, aku berusaha meyakini janjinya itu. Kehidupanku pun kembali limbung. Aku kembali melangkah tanpa kepastian, tak ada teman selain rindu dan harapan. Keinginanku untuk menjalani kehidupan masa lalu kembali menggelegak lagi. Kembali berkelana dan mencari hati seorang wanita. Ya, berkelana. Akulah, pengelana itu!
Aku harus kembali berteman dengan alam, dengan orang-orang yang hidup sederhana di ujung-ujung desa, di pegunungan dan di pinggir-pinggir pantai. Bertemu orang-orang yang tulus mencintaiku, menerimaku dengan tangan terbuka, tanpa rasa curiga, saling pengertian dan tidak mengkhianati. Aku merasa bahagia. Apalagi kalau mereka berduyun-duyun di belakangku,mengikutiku berdoa.

“Tapi ya Allah, apakah Engkau tidak mengizinkan aku memiliki sebuah keluarga, keturunan, dan generasi pewaris?” gumamku ketika aku datang lagi ke pohon besar di atas bukit yang lembab itu. Selang beberapa saat, tiba-tiba melodi Songete mengalun dari handphoneku. Debur ombak Laut Selatan hampir membuatku tidak mendengarnya. Ada SMS masuk, dadaku berdebar.

“Jeleeeeeeeeeeeeeek where are u? Aku kangen lo sama kamu Jelek. Ke sini tak buatin kopi..!” Begitu bunyi SMS-nya. Dari istriku. Ah, ternyata itu SMS yang pending sejak empat minggu lalu. Dasar wanita manja,dan aku pun menjalani sepenggal kisah hidupku lagi, serta berhenti kembali mengurungkan niatku untuk berkelana.

Sebuah Kisah Tentang Kehidupan

Alkisah di suatu desa di tepi hutan tinggal seorang kakek tua dengan putra tunggalnya. Mereka hidup dari beternak kuda yang diambil susu dan dagingnya. Sang putra kerjanya sehari-hari menggembalakan beberapa ekor kuda yang mereka miliki ke padang rumput.

Suatu hari seperti biasa putranya membawa kuda-kuda merumput ke lapangan. Karena kelelahan dia tertidur di bawah sebatang pohon rimbun. Saat terbangun, dia terkejut karena dia mendapati kuda-kudanya tidak di lapangan lagi, tetapi entah hilang ke mana. Dia mencari-cari mereka, tetapi berakhir dengan sia-sia. Akhirnya, dengan langkah gontai, dia pulang ke rumah.

Berita kakek tua kehilangan kuda-kuda peliharaannya membuat gempar desa kecil tersebut. Para tetangga segera berdatangan menyatakan duka mendalam atas kemalangan yang menimpa keluarga kakek itu. Seorang tetangga sambil menenangkan kakek tua berkata, “Sungguh malang nasibmu, Pak Tua. Semua kudamu telah tiada. Sia-sia jerih payahmu selama ini. Sungguh malang nasibmu.”

Kakek tua terdiam sejenak, lalu menjawab, “Saya tidak merasa kemalangan, hal ini biasa saja. Semua ini hanya bagian dari kehidupan.”

Para tetangga bingung dengan tanggapan kakek tua, dan merasa kasihan karena dia mungkin hanya sekedar menghibur diri. Lalu mereka semua meninggalkan keluarga kakek tua untuk memberikan kesempatan kepadanya untuk menenangkan diri.

Beberapa hari berlalu. Dan suatu pagi, terjadi kegemparan. Ternyata pada malam sebelumnya kuda-kuda kakek tua kembali lagi ke kandangnya. Dan bersama dengan mereka ikut segerombolan kuda liar dari hutan. Dalam sekejap mata kakek tua memiliki banyak kuda.

Berita ini kembali menggemparkan seisi desa. Para tetangga datang memberikan selamat atas keberuntungan ini. Semua memuji bahwa nasib kakek semakin baik di hari tuanya. Mereka berucap, “Sungguh beruntung nasibmu, Pak Tua. Sekarang kamu memiliki kuda paling banyak dan menjadi orang paling kaya di desa kita.” Kakek tua hanya menggelengkan kepala sambil menjawab, “Saya merasa biasa-biasa saja. Ini hanya sekedar satu peristiwa dalam hidup saya. Semua ini hanya bagian dari kehidupan.”

Para tetangga semakin bingung dengan sikap kakek tua yang agak aneh itu. Mereka menganggapnya orang yang tidak tahu bersyukur dalam hidup. Lalu mereka meninggalkan kakek tua yang semakin membingungkan mereka itu.

Beberapa hari berlalu. Seperti biasa, putra kakek tua secara berkala mencari kayu bakar di hutan untuk keperluan memasak. Pagi-pagi putranya berangkat ke hutan, dan sesampainya di sana, mulai menebang pohon untuk mengambil batang kayunya. Karena kurang hati-hati, suatu ketika kapak yang dia ayunkan ke batang pohon meleset dan menebas kaki kanannya. Kakinya mengalami pendarahan dan luka yang parah. Dia akhirnya diselamatkan oleh penduduk desa yang kebetulan lewat.

Berita tentang kecelakaan putra kakek tua kembali menggemparkan desa. Beramai-ramai mereka datang ke rumah kakek tua untuk membesuk putranya. Mereka merasa kasihan dan berusaha menghibur kakek tua karena putranya bakal menderita cacat seumur hidup. “Sungguh malang nasibmu, Pak Tua. Putra satu-satumu sekarang cacat. Siapa lagi sekarang yang membantu dan menjagamu?” Kakek tua hanya diam membisu, tertegun merenung, lalu menjawab, “Bagi saya ini hal yang biasa. Demikianlah yang seharusnya terjadi. Semua ini hanya bagian dari kehidupan.”

Para tetangga semakin bingung dengan jawaban kakek tua. Kali ini mereka menganggap kakek tua ini bukan saja orang yang aneh, tetapi mungkin sudah hampir gila. Lalu, mereka tanpa banyak bicara meninggalkan kakek yang mereka anggap lain dari biasa itu.

Beberapa hari berlalu. Suatu hari desa itu kedatangan tentara kerajaan yang sedang mencari pemuda-pemuda sehat untuk diikutsertakan berperang karena kerajaan sedang diserang musuh. Semua pemuda yang sehat dari desa itu diambil paksa untuk ikut kewajiban membela kerajaan. Berhubung putra kakek tua cacat maka dia tidak ikut dibawa pergi. Maka kakek tua tetap dapat hidup tenang di masa tuanya dengan ditemani putra tunggalnya.

Cerita di atas memberikan inspirasi kepada kita tentang hakekat kehidupan. Jika Anda pernah mendengar atau membaca sebelumnya, biarlah cerita ini mengingatkan Anda kembali untuk menghayati hidup dengan cara yang baru.

Moral cerita di atas begitu sederhana. Hidup ini penuh dengan serangkaian peristiwa yang datang silih berganti. Ada yang kita sukai dan menyenangkan kita, ada yang tidak kita sukai dan mengantarkan penderitaan bagi kita. Begitulah kehidupan, dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang terkadang memberi keberuntungan, terkadang membawa kemalangan. Dan dengan cara demikianlah kita memberi label atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup.

Moral yang lain, ketika kemalangan datang menghampiri, kita tidak perlu terlalu bersedih hati. Tersenyumlah, mungkin saja keberuntungan sedang dalam perjalanan mengunjungi kita. Dan ketika keberuntungan mengetuk di pintu kehidupan, kita tidak perlu merasa senang dan bahagia berlebihan. Siapkanlah hati, mungkin saja kemalangan sedang mengintai, menunggu saat lengah untuk menerkam kita.


Kisah Hidup Seorang Pekerja Keras

Dikisahkan ada seorang pria muda yang baru lulus S2 dengan ambisi untuk sukses. Ia meniti karir dengan sangat rajin, semangat, dan penuh dedikasi untuk membangun cita-citanya sebagai yang tersukses di antara teman-teman sekolahnya. Tantangan demi tantangan bisnis dan karir ia hadapi dengan berani. Tak pelak lagi, tanpa disadari stress menjadi bagian dari hidupnya.

Waktunya telah didominasi oleh kesibukan kerja yang tiada henti, meeting di sana-sini dan terjebak macet di jalanan membuatnya kompromi untuk urusan makan. “Yang penting cepat, karena saya tidak punya banyak waktu. Masih lebih banyak kesibukan yang berarti daripada buang waktu untuk memikirkan makanan. Asal ada makanan yang masuk supaya perut tidak keroncongan, itu sudah cukup.”, begitulah kira-kira pikirnya. Stress kerja yang semakin tinggi juga perlahan-lahan memperkenalkannya dengan kebiasaan merokok sebagai solusi instant.

Tanpa terasa 20 tahun telah berlalu, kini usianya 45 tahun. Karirnya sedang pada masa keemasan karena telah menduduki jajaran managerial tingkat tinggi di perusahaan. Penghasilannya juga tinggi dan kini ia telah mulai memikirkan untuk berinvestasi dengan uang tabungan yang telah dikumpulkan selama ini.

Tetapi tiba-tiba suatu hari ia diharuskan untuk melakukan cek kesehatan karena ia menangkap adanya gejala yang kurang beres pada tubuhnya, ia mengalami mudah lelah, nafas selalu tersengal, sering kesemutan dan gangguan tidur mendengkur keras sekali saat tidur. Setelah melalui cek kesehatan dan tes darah, dokter mengabarkan bahwa ia menderita diabetes mellitus, disertai dengan kolesterol yang sudah menyumbat salah satu bagian jantungnya sehingga harus menjalani by-pass. Ia harus menjalani operasi kalau ingin terus hidup.

Berbagai upaya dijalankan. Ia mencari dokter dan rumah sakit terbaik untuk mengembalikan kesehatan yang telah hilang tersebut. Pada hari ia diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit adalah hari di mana ia tersadar, seluruh harta yang telah ia kumpulkan selama 20 tahun habis untuk membiayai masalah pada tubuhnya. Ia sadar bahwa selama ini ia tidak sedang menabung untuk bisa menikmati hari tuanya. Kenyataannya, ia selama ini menabung untuk membayar kesalahannya tidak menjaga kesehatan.

Rabu, 26 Agustus 2009

Renungan kesabaran

Kesenangan, kebahagiaan, kegembiraan, kesedihan, kekecewaan dan duka cita adalah sesuatu yang biasa dialami manusia. Apabila memperoleh sesuatu yang menggembirakan daripada kesenangan duniawi maka manusia akan berasa senang dan gembira. Sebaliknya ketika tidak mendapat apa yang diinginkan maka manusia merasa sedih dan kecewa bahkan kadang-kala sehingga ke tahap berputus asa. Akan tetapi, sebenarnya bagi seorang mukmin, semua perkara yang berlaku adalah baik. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah saw: “Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/kesenangan, dia bersyukur maka jadilah ini sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa musibah (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini juga menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999 dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu) Kriteria Menjadi Orang Yang Mulia Sesungguhnya kesenangan duniawi seperti harta dan status sosial bukanlah ukuran bagi kemuliaan seseorang. Ini karena Allah swt memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai-Nya. Akan tetapi Allah akan memberikan agama ini hanya kepada orang yang dicintai-Nya. Sehingga ukuran akan kemuliaan seseorang adalah derajat ketakwaannya. Semakin bertakwa dia, maka dia semakin mulia di sisi Allah. Allah swt berfirman yang artinya “Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku budaya, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah tamah antara satu Dengan Yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang Yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan Yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha mendalam pengetahuannya (akan keadaan dan amalan kamu).(al-Hujurat: 13) Jangan Sedih Ketika Tidak Dapat Dunia Wahai saudaraku, ingatlah bahawa seluruh manusia telah Allah tentukan rezekinya, jodohnya, ajalnya, amalannya, kebahagiaan atau pun kesengsaraan. Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya salah seorang daripada kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh kepadanya dan diperintahkan dengan empat kalimat / perkara: ditentukan rezekinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya.” (HR. Al-Bukhari no.3208 dan Muslim no.2643 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu) Tidaklah sesuatu menimpa pada kita kecuali telah Allah takdirkan. Allah swt berfirman: “Tidak ada sesuatu kesusahan (atau bala bencana) yang ditimpakan di bumi, dan tidak juga yang menimpa diri kamu, melainkan telah sedia ada di Dalam Kitab (pengetahuan kami) sebelum Kami menjadikannya; Sesungguhnya mengadakan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kamu diberitahu tentang itu) supaya kamu tidak bersedih hati akan apa yang telah luput daripada kamu, dan tidak pula bergembira (secara sombong dan bangga) dengan apa yang diberikan kepada kamu. dan (ingatlah), Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takbur, lagi membanggakan diri. Orang-orang yang bakhil dan menyuruh manusia supaya berlaku bakhil, (akan mendapat balasan yang menghina); dan sesiapa yang berpaling (dari mematuhi hukum Allah maka padahnya tertimpa atas dirinya sendiri), kerana Sesungguhnya Allah, Dia lah Yang Maha Kaya, lagi Maha Terpuji.” (al-Hadid: 22-24) Jika kita merasa betapa sulitnya mencari dalam menjalani hidup ini, maka ingatlah sabda Rasulullah saw: “Tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke surga kecuali Aku telah perintahkan kalian dengannya dan tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke neraka kecuali Aku telah larang kalian darinya. Tidak akan lambat seorang pun dari kalian dari rezekinya. Sesungguhnya Jibril telah menyampaikan pada hatiku bahwa salah seorang dari kalian tidak akan keluar dari dunia (meninggal dunia) sampai disempurnakan rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah wahai manusia dan perindahlah dalam mencari rezeki. Maka apabila salah seorang di antara kalian merasa bahwa rezekinya lambat maka janganlah mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah karena sesungguhnya karunia Allah tidak akan didapat dengan melakukan maksiat.” (Shahih, HR. Al-Hakim no.2136 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu) Maka berusahalah beribadah dengan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw dan jangan membuat perkara baru dalam agama (baca:bid’ah). Dan berusahalah mencari rezeki dengan cara yang halal serta hindarilah sejauh-jauhnya hal-hal yang diharamkan. Hendaklah Menjadi Orang Yang Memberi Pertolongan Hendaklah bagi orang yang mempunyai kelebihan harta ataupun yang mempunyai kedudukan agar membantu saudaranya yang kurang mampu dan yang mengalami kesulitan. Allah swt berfirman: “Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maa`idah: 2) Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan hilangkan darinya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan mudahkan baginya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim no.2699 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) Berdo’alah Ketika Bersedih Jika kita merasa sedih karena sesuatu menimpa kita seperti kehilangan harta, kesulitan mencari pekerjaan, kematian salah seorang keluarga kita, tidak mendapatkan sesuatu yang kita idam-idamkan, jodoh tidak kunjung datang ataupun yang lainnya, maka ucapkanlah do’a berikut yang diajarkan oleh Rasulullah saw : “Tidaklah seseorang ditimpa suatu kegundahan maupun kesedihan lalu dia berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, putera hamba lelaki-lelaki dan perempuan-perempuan Mu, , ubun-ubunku ada di Tangan-Mu, telah berlalu padaku hukum-Mu, adil pada ketentuan-Mu. Aku meminta kepada-Mu dengan seluruh Nama yang Engkau miliki, yang Engkau menamakannya untuk Diri-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur`an sebagai musim bunga (penyejuk) hatiku dan cahaya dadaku, pengusir kesedihanku serta penghilang kegundahanku.” melainkan akan Allah hilangkan kegundahan dan kesedihannya dan akan diganti dengan diberikan jalan keluar dan kegembiraan.” Tiba-tiba ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, tidakkah kami ajarkan do’a ini (kepada orang lain)? Maka Rasulullah saw menjawab: “Bahkan selayaknya bagi siapa saja yang mendengarnya agar mengajarkannya (kepada yang lain).” (HR. Ahmad no.3712 dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy, Sheikh Syuaib al-Arnaouth menyatakan Isnadnya Dhaif) Juga do’a berikut ini: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana, sedih, lemah, malas, kikir, penakut, belenggu hutang dan dari tekanan/penindasan orang lain.” (HR. Al-Bukhari 7/158 dari Anas radhiyallahu ‘anhu) Ilmu adalah Pengganti Segala Kelezatan Di antara hal yang mampu menghibur seseorang ketika mengalami kesepian atau ketika sedang dilanda kesedihan adalah menuntut ilmu dan sentiasa bersama ilmu. Berkata Al-Imam Al-Mawardiy: “Ilmu adalah pengganti dari segala kelezatan dan mencukupi dari segala kesenangan. Barangsiapa yang menyendiri dengan ilmu maka kesendiriannya itu tidak menjadikan dia sepi. Dan barangsiapa yang menghibur diri dengan kitab-kitab maka dia akan mendapat kesenangan. Maka tidak ada teman berbicara sebaik ilmu dan tidak ada sifat yang akan menolong pemiliknya seperti sifat al-hilm (sabar dan tidak terburu-buru).” (Adabud Dunya wad Diin hal.92, dari Aadaabu Thaalibil ‘Ilmi hal.71) Duhai kiranya kita dapat mengambil manfaat dari ilmu yang kita miliki sehingga kita tidak akan merasa kesepian walaupun kita sendirian di malam yang sunyi tetapi ilmu itulah yang setia menemani. Contoh Orang-orang yang Sabar, Cobaan yang menimpa kita kadang-kadang menjadikan kita bersedih tetapi hendaklah kesedihan itu dihadapi dengan kesabaran dan menyerahkan semua permasalahan kepada Allah, supaya Dia menghilangkan kesedihan tersebut dan menggantikannya dengan kegembiraan. Allah berfirman mengisahkan tentang Nabi Ya’qub: Dan Ya`qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). Mereka berkata: “Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa.” Ya`qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya.” (Yusuf: 84-86) Allah juga berfirman mengisahkan tentang Maryam: “Maka Maryam hamillah dan mengandung, lalu menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit untuk melahirkan anak memaksa dia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.” Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (Maryam:22-25) Semoga Allah swt menjadikan kita sebagai orang-orang yang sabar dan istiqamah dalam menjalankan syari’at-Nya, aamiin.

Jumat, 31 Juli 2009

REALITA

Hari demi hari ku di rundung sepi,apakah akan berganti dengan hari yang bersemi.
Hidup ku tiada berarti,apakah akan terus kujalani setiap hari.
Aku ingin rasakan hidup di negeri khayalan ,tapi yang ku dapat kesengsaraan dan kesengsaraan.
Khayalan putus di tengah jalan yang ada hanya penyesalan.

Hidup emang kejam...kejam,sekejam hutan belantara yang berlaku hukum rimba,siapa yang kuat dia yang dapat apa yang di inginkan.Yang kecil makin kecil yang besar malah tambah besar. Sikecil tertindas,terhempas,jatuh bangun mempertahankan hidupnya.
Sedang si besar membusungkan dada dengan angkuhnya.Memandang sebelah mata si kecil.

Memang...ada yang memandang dengan kedua belah mata, itupun seratus banding satu.
Itulah realita kehidupan.
Tapi hidup harus optimis,berjuang,bekerja keras,berusaha demi menggapai cita-cita.
Disamping terus berdo'a dan berdo'a.Biarlah sibesar mencemo'oh,menghina.Hidup harus tetap berlanjut.

"Tuhan lindungilah orang-orang kecil semoga lebih sabar tawaqal,semangat dan taat kepada-Mu" ....Amiiiin...

Jumat, 24 Juli 2009

say..

stop asking something better and start to pray for what's best... coz u know what, u are not even close to be better than the other. ckckckckk, dont be so shallow

Kamis, 23 Juli 2009

Saat Jenuh melanda

Mungkin suatu ketika pernah mengalami yg namanya jenuh atau bosan, pada saat itu Kamu bahkan seperti orang yg bingung mau mengerjakan apa? atau Kamu kelihatan sibuk, tapi tidak ada satu pekerjaan yg selesai. Jenuh Karena Kegiatan Kuliah atau Jenuh Karena Rutinitas Kamu Di Pekerjaan atau Jenuh Karena Rutinitas Kamu Di Rumah Atau Bahkan Jenuh Dengan Semua Hal Yg Kamu Temukan Saya sendiri pernah mengalami apa yg kamu rasakan mulai dari jenuh kuliah bahkan saya sempat jenuh dengan kehidupan saya sendiri. Timbulnya kejenuhan disebabkan karena : 1. Rutinitas : kejenuhan itu timbul karna kita melakukan hal atau rutinitas yg sama ( tidak Berubah ) dan selalu terulang – ulang. Contoh : kamu mempunyai jadwal kuliah dari jam 8.00 hingga jam 5.00 sore , dan jika hal itu menjadi rutinitas kamu sehari-hari maka kamu akan mengalami kejenuhan, meski matakuliah kamu di hari lainnya berbeda-beda. 2. Beban fikiran : Beban fikiran yg selalu kamu bawa setelah menyelesaikan rutinitas. Contoh : seorang mahasiswi/a seusai kuliah mereka dibebankan dengan tugas yg harus mereka kerjakan. Atau pekerja ( karyawan/buruh ) selesai mereka berkerja mereka dibebani dengan fikiran pekerjaan dan keluarga seperti bagai mana keadaan anaknya saat ini, mau masak apa nanti dirumah, dll. 3. lingkungan : lingkungan dimana tempat kamu tinggal dapat mempengaruhi tingkat kejenuhan kamu contoh : Lingkungan yg tidak bersahabat ( kamu tidak mempunyai teman atau pun tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat ). Lingkungan rumah kamu yg slalu berantakan, orang tua tidak pernah akur dll. 4. Kondisi fisik ( kesehatan kamu) : Kondisi fisik pun dapat berperan meningkatan tingkat kejenuhan kamu. Karena kondisi fisik dapat membuat emosi kita tidak stabil. Mungkin jika kamu sakit gigi/sakit kepala kamu akan lebih sering memarahi orang terdekat kamu atau orang yg menurut kamu telah mengganggu kamu. Contoh lain : jika kondisi fisik kamu tidak stabil seperti lemas-lemas ataupun kurang tidur, hal tersebut akan menimbulkan kejenuhan pada diri kamu. Pada kenyataannya masih ada orang yg sering melakukan rutinitas seperti kamu, tetapi mereka tidak pernah merasakan kejenuhan. Pasti Kamu bertanya-tanya: bagaimana caranya untuk mengatasi kejenuhan diatas bukan? Sekarang saya akan memberikan tips menghilangkan kejenuhan berdasarkan pengalaman dilapangan (cara Mengatasi Rasa Bosan atau Jenuh): 1. Mulailah memikirkan sesuatu yg bersifat fun (menghibur). Mungkin salah satu teman kamu pernah melakukan lelucon atau hiburan pada kamu. Atau pun mengingat hal terkonyol yg pernah kamu lakukan. Ingat jangan pernah memikirkan masalalu yg menurut kamu menyedihkan!! 2. Ciptakan pemkamungan yg berbeda di tempat kerja kamu. Jika kamu seorang pekerja kantoran mungkin kamu bisa memasang foto anak kamu. Atau pun mengganti lukisan yg ada dalam kantor kamu. Jika kamu seorang mahasiswa kamu bisa memasang foto-foto teman kamu foto sewaktu kamu kecil atau pun foto kekasih kamu pada folder yg selalu kamu bawa. 3. Kenali lingkungan kamu. Jangan terlalu menjadi pendiam atau pun kurang bergaul. Dan jangan pernah memilih teman. Siapa saja yg kamu kenal akan menjadi warna dalam hidup kamu. Kenali dosen teman sekelas, teman kerja, ibu kantin dll. 4. Mulailah membuat lingkungan kamu menjadi menarik. Kamu bisa mencari teman untuk saling berbagi cerita, dan saling berbagi pendapat tentang pekerjaan kamu atau pun pengalaman yg menarik. 5. Lakukan gerakan-gerakan kecil yg dapat menimbulkan irama sambil bernyanyi di dalam hati. Contohnya menggetukan jari-jari kamu diatas meja, menggerakan telapak kaki kamu dll, sehingga mengeluarkan irama ketukanyg halus. Memang terdengar konyol akan tetapi gerakan dan irama tersebut dapat membuat kamu lebih rileks dan nyaman. 6. Buatlah penampilan kamu berbeda dari sebelumnya menjadi lebih baik. Mengganti pakaian yg berbeda dari minggu-minggu sebelumnya. Merubah gaya rambut kamu. Memakai pernak-pernik yg berbeda. Sehingga membuat penampilan kamu lebih menarik dan menawan. 7. gunakanlah property yg berada disekitar kamu untuk dijadikan mainan bagi kamu. Mungkin disekitar kamu terdapat alat tulis yg dapat kamu putar-putar dengan jari kamu. Atau sebuah kertas yg bisa kamu lipat menjadi sebuah pesawat kertas. Menggambar dengan menggunakan alat tulis yg ada di sekitar kamu. 8. Sesekali manfaatkan waktu istirahat ataupun waktu luang kamu untuk melakukan kegiatan yg bersifatnya refreshing. Seperti bermain biliard jalan-jalan dll 9. Hindari lingkungan yg tidak bersahabat. Ataupun lingkungan yg selalu membuat kamu tidak nyaman. 10. Berfikir positif terhadap apapun yg terjadi seperti dimarahi dosen, dimarahi atasan, dll itu adalah wujud kepedulian mereka terhadap kamu 11. Jaga stamina tubuh kamu sebelum melakukan rutinitas. Kamu bisa mengkunsumsi suplemen penambah stamina, makan-makanan yg begizi, dll. Ingat!! Kejenuhan Dapat Mempengaruhi Semangat Kamu Dalam Bekerja, Belajar Dan Berkarya. Jika Kamu Membiarkan Kejenuhan Datang Pada Diri Kamu Berarti Kamu Telah Mengisi Hari Kamu Dengan Penuh Kekosongan. Semoga tips untuk mengatasi rasa bosan atau jenuh dapat bermnafaat. Semua tips diatas tidak akan terlaksana jika tidak ada NIAT dalam diri kita untuk menghilangkan kejenuhan tersebut. Selamat mencoba.

Selasa, 21 Juli 2009

Jeritan Hati

Hari demi hari,minggu demi minggu,bulan demi bulan,tahun demi tahun,telah aku jalani.Tapi apa yang terjadi ketidaktercapaian impian hati,terpuruk,jatuh dan jatuh.Mungkin ini cobaan Illahi,apa yang akan terjadi di kemudian hari.Masihkah begini? Ya Allah tunjukan jalan terang-Mu.

Rabu, 15 Juli 2009

RENUNGAN

Hidup di dunia merupakan kompetisi untuk menentukan tempat kita kelak di akhirat yaitu Surga atau Neraka ini tergantung pada persiapan apa yang dilakukan untuk mencapai tempat mana yang kina inginkan kelak di akhirat...

LUANGKAN WAKTU UNTUK SHOLAT

"Apakah pendapatmu sekiranya terdapat sebuah sungai di hadapan pintu rumah salah seorang di antara kamu dan dia mandi didalamnya setiap hari lima kali. Apakah masih terdapat kotoran pada badannya? Para sahabat menjawab: 'Sudah pasti tidak terdapat sedikit pun kotoran pada badannya.' Lalu beliau bersabda,'Begitulah perumpamaan shalat lima waktu. Allah menghapuskan segala kesalahan mereka."(Abu Hurarah ra).

LUANGKAN WAKTU UNTUK SHOLAT

"Apakah pendapatmu sekiranya terdapat sebuah sungai di hadapan pintu rumah salah seorang di antara kamu dan dia mandi didalamnya setiap hari lima kali. Apakah masih terdapat kotoran pada badannya? Para sahabat menjawab: 'Sudah pasti tidak terdapat sedikit pun kotoran pada badannya.' Lalu beliau bersabda,'Begitulah perumpamaan shalat lima waktu. Allah menghapuskan segala kesalahan mereka."(Abu Hurarah ra).

LUANGKAN WAKTU UNTUK SHOLAT

"Pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu; pergunakan masa luangmu sebelum datang masa sibukmu; pergunakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu; pergunakanlah waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu; pergunakan hidupmu sebelum datang matimu." ( Rosulullah Muhammad SAW ).... Marilah yang belum melaksanakan Sholat 5 waktu, sekarang saatnya mulai sholat 5 waktu ...

Selasa, 14 Juli 2009

MUTIARA HIKMAH

Dalam hidup ini tidak jarang yang meratapi nasibnya, menyesali keberadaannya, bahkan bertanya-tanya mengapa hidupnya harus begini. Orang yang miskin bertanya, kenapa Tuhan harus menjadikan dirinya miskin, bukan menjadikan dirinya orang yang kaya raya…